Kamis, 01 November 2012

INFEKSI PADA KEHAMILAN DAN PERSALINAN

INFEKSI YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN

  1. CMV


Sitomegalovirus (CMV) adalah salah satu anggota kelompok virus herpes, yang meliputi virus herpes simpleks tipe 1 dan 2, virus varicela zoster (penyebab cacar air), menginfeksi dan virus Epstein – Barr (penyebab mononukleosis yang menular). Pada umumnya tingkat penularan CMV tidak tinggi, penularan akan terjadi jika kontak langsung dengan cairan tubuh penderita, misal air seni, air ludah, darah, air mata, sperma dan air susu ibu. Penyebaran secara signifikan diketahui terjadi di dalam keluarga melalui peralatan rumah tangga, diantara anak-anak dipusat penitipan anak, dan didalam ruang kelas. Kebanyakan penularan erjadi karena cairan tubuh penderita menyentuh tangan individu yang rentan kemudian diabsorpsi melalui hidung dan mulutnya. Teknik mencuci tangan dengan sabun cukup efektif untuk membuang virus dari tangan.
Resiko infeksi kongenital CMV paling besar terdapat pada wanita yang sebelumnya tidak pernah terinfeksi dan mereka yang terinfeksi pertama kali ketika hamil. Sebagaimana pada kelompok dewasa lain, gejala CMV yang munculpada wanita hamil minimal dan biasanya mereka tidak menyadari bahwa infeksi telah terjadi. Namun, jika ini merupakan infeksi primer maka janin biasanya juga berisiko. Infeksi tersebut baru dapat dikenali setelah bayi lahir. Diantara bayi tersebut hanya 30 persen diketahui terinfeksi di dalam rahim dan kurang dari 15 prsen akan menampakkan gejala pada saat  lahir.

Komplikasi yang dapat muncul antara lain :
Virus juga dapat ditularkan kepada bayi melalui sekresi vagina pada saat lahir atau pada masa ia menyusu. Namun, infeksi ini biasanya tidak menimbulkan (atau hanya sedikit) tanda dan gejala klinis.

Diagnosis
Walaupun merupakan suatu infeksi  virus yang umum terjadi, CMV tidak sering terdiagnosis sebab gejala yang muncul minimal. Berikut adalah situasi klinis yang membantu Bidan untuk mencurigai infeksi CMV;

Pemeriksaan Laboratorium
Tes ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) dapat digunakan untuk menentukan, sebelum infeksi yang terjadi, apakah terdapat infeksi akut atau antibodi maternal yang didapat secara pasif pada ibu. Apabila tes Serologi IgG positif atau nilai titer IgG tinggi, tidak berarti ibu secara otomatis terinfeksi CMV aktif. Akan tetapi, jika dua sampel yang diambil dengan jarak waktu dua minggu menunjukkan antibodi IgG meningkat empat kali lipat dan kadar antibodi IgM signifikan(setara dengan sekurang – kurangnya 30% nilai IgG), atau dalam biakan spesimen urine dan tenggorok ditemukan virus, maka dapat dikatakan bahwa ibu sudah terinfeksi CMV aktif.

Terapi
Tidak ada terapi khusus untuk CMV pada individu yang sehat. Pasien dengan gangguan kekebalan dan mereka yang memiliki gejala mononukleosis atau gejala hepatitis diobati berdasarkan gejala yang timbul atau dengan terapi antivirus.

Virus penyebab rubella atau campak jerman ini bekerja dengan aktif khususnya selama masa hamil. Akibat yang paling penting di ingat adalah keguguran, lahir mati, kelaianan pada janin, dan aborsi terapeutik, yang terjadi jika infeksi rubella ini muncul pada awal kehamilan, khususnya pada trimester pertama. Apabila seorang wanita terinfeksi rubella selama trimester pertama, ia memiliki kemungkinan kurang lebih 52% melahirkan bayi dengan sindrom rubela kongenital (CRS, Congenital Rubella Syndrome). Angka tersebut akan meningkat menjadi 85%, jika ibu terinfeksi rubella pada usia kehamilan kurang dari 8 minggu. Kelainan CRS yang paling sering muncul adalah katarak, kelainan jantung, dan tuli. Kemungkinan lainnya adalah glaukoma, mikrosefalus, dan kelainan lain, termasuk kelainan pada mata, telinga, jantung, otak, dan sistem saraf pusat. Janin dengan CRS seringkali mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri dan pascanatal. Infeksi rubela yang terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu jarang menyebabkan kelainan. (Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ed 4, Helen Varney dkk, EGC, 2003).

Penapisan Dalam Kehamilan
Pemeriksaan titer antibodi rubela (penghambatan hemaglutinasi) harus dilakukan secara rutin sebagai bagian pemeriksaan antepartum awal. Titer antibodi 1:10 atau lebih menunjukkan adanya kekebalan, sedangkan titer dibawah 1:10 bermakna sebaliknya, dan bidan harus mencatatnya pada rekam  medis wanita tersebut serta membuat jadwal pemberian imunisasi setelah ia melahirkan. Pemberian vaksin rubela selama kehamilan pada wanita yang tidak kebal tidak direkomendasikan sebab vaksin adalah suatu virus hidup yang telah dilemahkan, yang secara teoritis dapat menyebabkan malformasi janin. Wanita yang tidak mengetahui bahwa mereka hamil dan menerima vaksin rubela dapat diberi penjelasan bahwa tidak akan timbul efek teratogenik akibat pemberian vaksin.
Untuk mnghindari resiko, sangat bijaksana jika bidan menawarkan vaksin rubela pada awal pascapartum. Apabila bukan pada periode pascapartum, tanyakan apakah ia hamil, jelaskan resiko yang berpotensi muncul, dan sarankan menunda kehamilannya selama satu bulan setelah menerima vaksin. Jelaskan pula bahwa menyusui bukan kontraindikasi terhadap pemberian vaksin.


Diagnosis
Tanda dan gejala klinik rubela adalah sebagai berikut:
Penetapan diagnosis rubela agak sulit karena gejalanya bersifat subklinis sehingga kendati janin sudah terinfeksi, pada pemeriksaan klinis tidak muncul tanda atau gejala pada ibu. Apabila ibu menyadari bahwa ia telah terpajan rubela dan pada pemeriksaan laboratorium titer antibodinya dibawah 1:10 (tidak kebal), maka spesimen darah harus diambil untuk pemeriksaan serologi (IgG dan IgM) untuk selanjutnya dikonsultasikan kepada dokter. Pada situasi seperti ini,  kebijakan tentang pemberian hiperimmune gamma globulin berbeda-beda.

Pencegahan
Sasaran utama program imunisasi rubela adalah mencegah CRS. Komponen utama strategi pemusnahan rubela dan CRS adalah mencapai dan mempertahankan tingkat imunisasi yang tinggi pada anak-anak dan dewasa, terutama pada wanita usia subur, menyelenggarakan surveilans yang akurat untuk rubella dan CRS; dan memutuskan mata rantai penularannya. Pemberian vaksin pada wanita usia subur yang rentan terinfeksi rubela harus menjadi bagian rutin untuk perawatan medis umum dan rawat jalan ginekologi, dilakukan disemua pelayanan keluarga berencana, dan diberikan rutin sebelum ibu pulang dari rumah sakit, pusat persalinan, atau pelayanan kesehatan lain.

(Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ed 4, Helen Varney dkk, EGC, 2003).
Varicella (cacar air) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang disebabkan oleh suatu bentuk herpesvirus. Ia dapat menetap laten (dormant) di dalam ganglia dorsal sel saraf dan akan kembali aktif beberapa tahun kemudian sebagai herpes zoster (shingles). Penyakit ini jarang ditemukan pada kehamilan dan dampak yang merugikan pada ibu atau janin belum diketahui.

Sedangkan, infeksi varisela yang terdapat selama kehamilan akan menimbulkan dampak serius pada ibu atau janin. Antara 25-40% janin yang terpajan varisela didalam rahim akan terlahir dengan menunjukkan gejala varisela kongenital. Semakin muda usia kehamilan, semakin tinggi resiko sindrom varisela kongenital. Resiko ini paling tinggi dalam 20 minggu pertama kehamilan. Sindrom varisela kongenital dihubungkan dengan katarak, korioretinitis, hipoplasia anggota gerak, hidronefrosis, mikrosefali, retardasi mental, lesi dermatom, dan jaringan parut pada kulit.

Infeksi pada ibu, yang terjadi sejak 6 hari sebelum melahirkan hingga 2 hari sesudahnya, dapat ditularkan ke bayi baru lahir, dengan demikian pada situasi ini tidak ada cukup waktu bagi ibu untuk membentuk sistem kekebalan tubuh yang dapat diberikan kepada bayinya. Bayi dapat menderita panyakit serius karena tidak mendapat kekebalan pasif dari ibu. Kurang lebih 5% bayi yang mengidap varisela dari ibu akan meninggal.
Infeksi varisella pada orang dewasa dapat berkembang menjadi berbahaya dengan kurang lebih 10-30% kasus berkembang menjadi pneumonia varisela. Peneumoniavarisela telah menyebabkan hampir 40% kematian wanita hamil, kecuali jika mereka mendapat pengobatan asiklovir. Hingga 95% orang dewasa yang pernah terinfeksi varisela pada masa kanak-kanak menjadi kebal terhadap varisela seumur hidup. Diantara orang dewasa yang melapor tidak pernah terinfeksi varisela, 75-80% ternyata memiliki kekebalan terhadap virus ini pada uji serologi.

Virus varisela ditularkan melalui kontak langsung dan pernafasan. Masa inkubasi sejak pemajanan hingga gejala pertama muncul adalah 10 – 21 hari. Penyakit ini menular sejak 2 hari sebelum lesi muncul hingga semua lesi membentuk kerak, kira-kira 7-10 hari kemudian. Lesi yang sudah menjadi kerak tidak menularkan virus lagi.
Tanda dan gejala klinis infeksi varisela antara lain:demam, menggigil, nyeri otot, dan nyeri sendi, yang diikuti oleh munculnya vesikel yang khas beberapa hari kemudian. Vesikel tersebut sangat gatal, dan mengikuti pola yang khas: mulai muncul pada kepala dan leher, kemudian menyebar ke badan dan ekstremitas, kemudian pecah dan membentuk kerak. Pada wanita yang menderi pneumoniavarisela gejala muncul antara hari 1 dan ke 6 setelah vesikel mulai terlihat, yang meliputi bentuk kering disertai nyeri dada akibat peradangan pleura, demam menetap, dan sesak nafas.

Evaluasi yang harus dilakukan pada wanita yang dicurigai mengidap varisela meliputi hal-hal berikut:

Penatalaksanaan varisela pada wanita hamil dilakukan berdasarkan lama pajanan, usia kehamilan ketika infeksi terjadi, dan tingkat keparahan penyakit yang diderita. Pemberian VZIG (Varicella Zooster Immune Globulin) dalam 96 jam setelah terpajan akan melindungi ibu dari infeksi yang lebih serius, seperti pneumonia varisela. Manfaat VZIG bagi janin tidak diketahui. Kendati demikian, janin dari wanita yang terinfeksi varisela 6 hari sebelum melahirkan hingga 2 hari setelah itu harus diberi VZIG sehubungan dengan angka kematian neonatus yang tinggi.
Karena daya tular varisela tinggi, wanita yang terpajan atau terinfeksi harus diperiksa diluar jam kerja rutin untuk menghindari penularan kepada pasien yang lain. Ketersediaan vaksin yang memadai memungkinkan pencegahan kasus varisela. Pemberian vaksin sejak usia kanak-kanak mengurangi angka kejadian varisela dan pajanan potensial pada orang dewasa, termasuk wanita hamil. Pada saat konseling kehamilan diberikan, wanita yang tidak memiliki riwayat infeksi varisela dapat disarankan melakukan pemeriksaan serologi. Vaksinasi dapat ditawarkan sebelum kehamilan terjadi. Vaksin varisela adalah vaksin hidup yang telah dilemahkan sehingga pemberiannya pada masa hamil dikontraindikasikan. Wanita yang telah mendapat vaksin varisela disarankan menunda kehamilannya minimal selama satu bulan kedepan.

2. Toksoplasmosis 
Toksoplasmosis adalah suatu penyakit infeksi protozoa yang disebabkan oleh parasit intrasel Toxoplasma Gondii. Apabila wanita terinfeksi pada masa hamil, toxoplasmosis dapat menyebabkan malformasi kongenital berat karena protozoa ini dapat menembus melalui plasenta ke janin. Infeksi yang terjadi pada usia kehamilan kurang dari 8 minggu diperkirakan hanya 5 persen. Angka ini meningkat hingga mencapai 80% seiring peningkatan usia kehamilan. Namun, kasus yang paling berat justru terjadi pada akhir trimester pertama. Sejumlah besar bayi tidak menunjukkan gejala infeksi menjelang kelahirannya. Namun, sepanjang masa kanak-kanak, muncul kejang, defisit motorik dan kognitif, serta retardasi mental. Efek yang paling parah adalah anomali otak, misal: anensefali, hidrosefalus, mikrosefali, dan pengapuran intrakranial. Toxoplasma Gondii mempunyai 3 fase dalam hidupnya. Dua fase yang pertama menyebabkan infeksi dalam tubuh pejamunya-hewan dan manusia yang menelannya. Fase ketiga adalah fase seksual (memperbanyak diri). Fase ini hanyalah terjadi pada tubuh kucing. Kucing menjadi terinfeksi setelah ia memakan mamalia, seperti tikus atau cecurut terinfeksi, yang kemudian mengeluarkan Oosit. Oosit ini dapat menular tiga hari setelah  yang mengandung Oosit dapat tetap hidup selama setahun. Manusia dapat tertular melalui kotoran kucing, tanah yang terinfeksi, ingesti daging terinfeksi yang mentah atau tidak dimasak sempurna. Kebanyakan individu yang terinfeksi toksoplasmosis tidak menunjukkan gejala. Tanda dan gejalanya begi wanita hamil samar-samar, sama dengan gejala infeksi mononukleosis, dengan penyerta sebagai berikut:
Apabila diketahui tes serologi wanita tersebut negatif untuk mononukleosis, maka penapisan toksoplasmosis harus dilakukan. Pemeriksaan serum yang dilakukan adalah IgM dan IgG dan diulang dalam tiga minggu. Infeksi dini akan ditunjukkan oleh nilai IgM yang tinggi atau meningkat, sedangkan nilai IgG bervariasi dari negatif hingga positif. Upayakan tes ini dilakukan di laboratorium rujukan yang diakui keakuratannya. Para tenaga kesehatan yang berinteraksi langsung dengan wanita hamil harus memahami etul dua permasalahan potensial yang berkaitan dengan pemeriksaan serum toksoplasma. Pertama tidak ada analisis kimia yang dapat menentukan dengan pasti kapan infeksi toksoplasma terjadi. Kedua, pada populasi dengan angka kejadian infeksi toksoplasma rendah, seperti di AS, hasil IgM positif besar kemungkinan merupakan positif palsu. Setiap wanita hamil yang dicurigai terinfeksi toksoplasma perlu segera dirujuk untuk menjalani pemeriksaan ultrasonografi dan mendapat penatalaksanaan medis. Tujuan pemeriksaan ultrasonografi adalah mendeteksi anomali janin, hepatomegali, asites, atau kelainan intrakranial. Cairan amnion dan darah janin dapat digunakan sebagai sampel untuk memastikan infeksi pada janin.
Terapi pada sebagian orang dewasa tidak diperlukan, tetapi untuk wanita hamil mutlak diperlukan. Tujuannya adalah untuk mengurangi dampak buruk penyakit pada janin. Obat-obatan yang biasa diberikan oleh dokter adalah sulfonamida, pirimetadin, dan spiramisin. (Asuhan Kebidanan, Helen Varney Edisi 4)

Prinsip Dasar
Infeksi saluran kemih, khususnya bakteriuria dan sistitis tanpa gejala (asimptomatik), adalah komplikasi yang sering muncul menyertai kehamilan. Sedangkan, pielonefritis, infeksi yang lebih jarang terjadi, merupakan penyebab banyak kematian dan hasil akhir kehamilan yang buruk. Sistitis dan bakteriuria tanpa gejala merupakan infeksi yang terjadi pada saluran kemih bawah. Keduanya disebabkan oleh kuman yang sama. Biasanya bakteri berjalan dari vagina dan rektum yang letaknya memang berdekatan, tetapi 35 persen infeksi saluran kemih muncul dari ginjal.

Masalah
Escherichia Coli adalah kuman yang paling sering ditemukan pada infeksi saluran kemih. Bakteri ini merupakan flora normal saluran cerna dan tidak patogen, tetapi sangat merugikan jika berada di luar saluran cerna. Proteus, yang pada kondisi normal ditemukan disaluran cerna, menjadi patogenik ketika berada di dalam saluran kemih. Klasiella merupakan salah satu patogen menular yang menyebabkan infeksi pernafasan, tetapi juga dapat menyebabkan infeksi saluran kemih. Pseudomonas Aeruginosa juga merupakan patogen pada manusia dan merupakan penyebab infeksi pada saluran kemih. Bakteri lain yang umum ditemukan pada saluran kemih adalah Betahemolitic Streptoccocus. Istilah Enteroccocus mengacu pada suatu spesies streptokokus yang mendiami saluran cerna dan bersifat patogen di dalam saluran kemih.

Penanganan Umum
Pilihan terapi antibiotika, mengacu pada kehamilannya terhadap kesehatan ibu dan janin, serta efektifitas yang tinggi.

Kamis, 18 Oktober 2012

Dampak Merokok

Dampak Merokok
 
Banyak orang menjadikan alasan merokok sebagai alat pergaulan. Faktanya, anak yang berumur empat tahun yang beritanya sempat ditayangkan di televisi, menjadikan merokok sebagai bagian dari hidupnya. Apa merokok baik bagi kesehatan?
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya. (wikipedia.org).
Rokok merupakan pembunuh terbesar di dunia. Bahkan perokok pasif pun terkena dampak dua kali lebih berbahaya dari perokok aktif itu sendiri. Umumnya, orang-orang memilih menjadi perokok karena faktor-faktor internal dan eksternal. seperti ingin mencoba sendiri, diajak oleh kawan, mendapat tekanan sosial dan sebagainya. Padahal, di sampul bungkusan rokok telah tertulis bahaya dari rokok itu sendiri. Telah banyak riset yang membuktikan bahwa rokok sangat menyebabkan kecanduan, disamping menyebabkan banyak tipe kanker, penyakit jantung, penyakit pernafasan, penyakit pencernaan efek buruk bagi kelahiran, dan emfisema.
Jadi,berhentilah merokok dari sekarang. Asal ada kemauan, pasti ada jalan. Jagalah kesehatan karena kesehatan mahal harganya.